Ternyata syair Qosidah itu masih relevan di segala jaman, dan terus teringat karena mengendap lama dalam setiap jiwa. Inilah bedanya dengan syair-syair music modern. Sekarang begitu banyak lagu-lagu modern dengan beragam aransemen, namun cepat menguap tanpa memberi kesan. Sering dentuman alat-alat modern bernuansa cadas, cenderung menggiring jiwa penikmatnya menjadi kering. Dan inilah yang sedang dialami generasi kontemporer sekarang, music metal namun kevakuman ruh. Padahal esensi seni itu sebagai keindahan merupakan anugrah Tuhan. Itu sebabnya, seni (Islami) dalam falsafah agama termasuk satu di antara empat induk ilmu (etika, logika, aritmatika dan estetika).
Dalam kontek itu, sekarang tinggal lagi bagaimana kreatifitas para pecinta qasidah, terutama Lasqi (Lembaga Seni Qasidah Indonesia) Provinsi Yogyakarta. mengangkat qasidah sebagai seni kabudayan Jawi. Bagaimana kita mengapresiasikannya ketika seni bernuansa islami itu justru hilang saat jaman global seperti sekarang ini. Sekarang saatnya mengubah image seni tersebut jadi lebih bergengsi. Kecuali itu, bagaimana menciptakan masyarakat yang tidak salah persepsi dalam memahami seni. Dengan demikian qasidah akan mampu dikembangkan dan disosialisasikan sekaligus menjadi media dakwah bagi remaja di Segajih untuk tetap mengedepankan nilai-nilai Islami. Kesenian harusnya menjadi upaya menyelamatkan kebudayaan Islami
Personel Musisi Axsa Nada :
- Samsudi - Keyboard 1
- Slamet - Keyboard 2
- Armanto - Kendang, Drum
- Andy - Bas
- Haris - Melody
Cekap Semanten Sugeng Pepanggihan Malih